Rabu, 01 September 2010

Obat HIV Harus Diminum Seumur Hidup dan Tepat Waktu

Rabu, 01/09/2010 07:52 WIB

Obat HIV Harus Diminum Seumur Hidup dan Tepat Waktu

Vera Farah Bararah - detikHealth


img
Ilustrasi
Jakarta, Penyakit HIV merupakan salah satu penyakit yang belum ditemukan obatnya. Virus yang ada di dalam tubuh penderita ini tidak bisa keluar, sehingga seseorang harus mengonsumsi obat ARV (Antiretroviral) seumur hidup dan tepat waktu.

Jadwal ketat minum obat HIV ini tidak boleh meleset agar bisa menekan jumah virus di tubuhnya. Jika tidak disiplin maka obat akan menjadi resisten terhadap tubuh.

HIV (human immunodeficiency virus) adalah retrovirus yang menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia, terutama sel T CD4 dan makrofaga yang merupakan komponen vital dari sustem kekebalan tubuh.

Hal inilah yang membuat ODHA memiliki sistem kekebalan tubuh lemah dan mudah terkena infeksi. Karenanya seseorang harus mengonsumsi obat ARV untuk mempertahankan kekebalan tubuhnya.

"ARV memiliki tugas meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan jumlah virus, dalam arti mencegah agar virus tidak berkembang biak," ujar dr Aritha Herawati, kepala bidang terapi rehabilitasi KPA Provinsi DKI Jakarta, dalam acara temu media dan buka puasa bersama di Jakarta, Selasa (31/8/2010).

Lebih lanjut dr Aritha menuturkan virus yang ada di dalam tubuh seseorang ini tidak bisa keluar, sehingga seseorang harus mengonsumsi obat ARV seumur hidup.

"Pemberian obat ARV tidak sama dengan pemberian obat antibiotik. Kalau antibiotik cukup ditulis dua kali sehari, sedangkan obat ARV harus ditulis setiap 12 jam sekali dan ODHA harus mengonsumsinya tepat setiap 12 jam," ujar Dr Paul F Matulessy, MN. PGK. DSpGK dari RS UKI.

Pengaturan minum obat ARV ini sangat ketat karena terkait langsung dengan tingkat perkembangan HIV di dalam darah. Jika waktu aturan minum diubah, maka akan membuat konsentrasi obat di dalam darah menurun yang bisa memberi peluang bagi virus untuk berkembang biak.

Dr Paul menuturkan konsentrasi tertentu ARV di dalam darah mampu menjadi benteng pertahanan agar virus tidak bisa masuk atau menorobos ke sel target (CD4). Sehingga jika seseorang tidak tepat mengonsumsinya atau terlupa, maka konsentrasi ARV di dalam darah akan menurun.

Kondisi ini akan membuat virus bisa masuk ke sel hingga menuju inti sel. Nantinya virus ini akan berkembang biak di dalam inti dengan bantuan DNA manusia, setelah itu ia akan keluar dari sel dan menyebar mencari sel target baru.

Beberapa jam setelah mengonsumsi obat, maka aktivitas dari obat ini akan meningkat dan mampu menekan pertumbuhan virus. Tapi setelah mencapai masa puncaknya di dalam darah, aktivitas obat ini akan menurun. Itulah sebabnya jadwal minum obat sangat ketat agar perkembangan virus bisa tetap dikontrol.

"Kalau seseorang minum obat ARV tidak sesuai dengan waktu, maka virus akan merasa tidak ada polisi yang mengawasinya sehingga ia bebas berkembang biak," ungkap dr Aritha.

Sementara itu jika ARV yang dikonsumsi berlebih bisa menyebabkan overdosis dan membuat virus menjadi resisten dan juga toksik (racun) bagi tubuh. Jika virus sudah resisten dengan pengobatan lini 1, maka harus masuk ke lini 2 yang harga obatnya jauh lebih mahal serta belum sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah sehingga odha harus membeli sendiri.

Mengonsumsi obat yang sama seumur hidup, sangat memungkinkan seseorang mengalami kejenuhan atau kebosanan. Namun untuk mencegah kebosanan atau kejenuhan dibutuhkan dukungan dari keluarga dan juga masyarakat sekitar. Sehingga ODHA tidak merasa putus asa dan tetap memiliki pemikiran bahwa ia memiliki tanggung jawab terhadap keluarga dan dirinya sendiri.

(ver/ir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar