Minggu, 31 Juli 2011

UGM Ciptakan Sepatu Khusus Penderita Diabetes

UGM Ciptakan Sepatu Khusus Penderita Diabetes

Ukuran sepatu berbeda antara kaki kanan dan kiri, tergantung kondisi penderita diabetes.

KAMIS, 28 JULI 2011, 10:05 WIB
Muhammad Firman
Tak seperti sepatu pada umumnya yang ada di pasaran, sepatu buatan empat mahasiswa ini memiliki ukuran yang berbeda antara kaki kanan dan kaki kiri, tergantung kondisi kaki penderita diabetes. (ugm.ac.id)

VIVAnews - Penderita diabetes memiliki risiko sebesar 29 kali terkena ulkus diabetika, komplikasi luka berbau pada permukaan kulit. Hal itu terjadi salah satunya karena penggunaan alas kaki yang tidak tepat, yang menyumbangkan 99,9% terjadinya ulkus diabetika.

Kenyataan ini mendorong empat mahasiswa Universitas Gajah Mada yakni Vivi Leona Amelia (Ilmu Keperawatan), Erlisa Diah Pertiwi (Statistika), Oktiyanto Ade Saputro (Teknik Industri), dan Arini Giska Safitri (Gizi Kesehatan) untuk menciptakan sepatu bagi penderita diabetes.

Menurut Arini, penderita diabetes tidak menyadari jika terjadi luka pada kaki karena mengalami neuropati, yakni saraf tidak dapat merasakan bahwa terjadi sakit di bagian tersebut. “Untuk itu, sangat penting bagi penderita diabetes untuk menggunakan alas kaki yang mampu melindungi agar tidak terluka ataupun memperlebar luka yang tidak dirasakan,” ucap Arini, dikutip dari situs UGM, 28 Juli 2011.

Sepatu yang dikembangkan oleh Arini dan kawan-kawan ini dirancang untuk mencegah terjadinya luka ataupun penambahan luka pada kaki penderita diabetes. Sepatu dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang dikombinasikan agar nyaman dan cocok bagi kondisi kaki penderita.

Bahan dasar sepatu menggunakan kulit sapi dan kambing. Bahan ini digunakannya karena sesuai dengan kondisi kelembaban kaki penderita yang sebaiknya tidak terlalu lembab agar tidak menimbulkan bakteri dan infeksi serta bau yang tidak sedap.

Di samping menggunakan kulit, mereka menambahkan merimes, sejenis busa kain, pada bagian dalamnya untuk mengurangi tingkat gesekan kaki dengan sepatu untuk meminimalisasi terjadinya lecet.

Tak seperti sepatu pada umumnya yang ada di pasaran, sepatu buatan empat mahasiswa ini memiliki ukuran yang berbeda antara kaki kanan dan kaki kiri, tergantung kondisi kaki penderita diabetes.

Sebelum dibuat, terlebih dahulu kaki penderita diukur sesuai dengan ergonomis kaki, dianalisis keadaannya apakah mengalami luka, bengkak, atau alergi. Setelah diperoleh hasilnya, baru ditentukan ukuran, model, dan bahan kulit yang sesuai kondisi kaki pasien.

“Sepatu yang dijual di pasaran kebanyakan ukuran kaki kiri dan kanan sama, padahal penderita diabetes yang mengalami ulkus ukuran kakinya bisa berbeda karena mengalami bengkak. Penggunaan alas kaki yang tidak sesuai ukuran kaki bisa semakin memperparah luka yang ada. Sepatu kami ini dibuat sesuai dengan ukuran kaki penderita diabetes. Inilah yang menjadi salah satu keunggulan produk kami,” klaim mahasiswi angkatan 2009 itu.

Arini menambahkan, sepatu diabetes dipasarkan dalam tiga kategori, yakni untuk kaki normal yang belum mengalami luka, untuk kaki yang telah bengkak atau ada lukanya, dan untuk kaki yang telah diamputasi. Sementara untuk model, mereka menawarkan dua tipe.

Tipe pertama untuk penderita dengan kaki yang masih normal dan yang telah mengalami luka atau bengkak di bagian kaki. Selanjutnya, tipe kedua untuk kaki dengan amputasi. Pada model ini, Arini menambahkan, pita pengencang di bagian atas untuk menambah kenyamanan pengguna.

Dua desain tersebut dibuat untuk memudahkan pengguna dalam pemakaian sepatu karena kaki dapat langsung masuk tanpa harus tergores. Sementara itu, di bagian tengah terdapat lubang udara sebagai ventilasi agar kaki tidak panas dan lembab. “Kami juga menggunakan perekat yang dapat disesuaikan dengan ukuran kaki pengguna sehingga ketika kakinya bengkak, mereka dapat menggunakan sepatu dengan mengendurkan perekatnya,” ucap Arini.

Kini sepatu khusus penderita diabetes itu sudah dijual di pasaran dengan kisaran harga 400-500 ribu rupiah.

• VIVAnews

Aspek-aspek Pembentukan Generasi Muslim yang Kuat

Sabtu, 30/07/2011 13:54 WIB

Aspek-aspek Pembentukan Generasi Muslim yang Kuat

Dr HA Wahib Mu'thi MA - detikRamadan
Jakarta - Islam adalah agama yang diwahyukan Allah SWT sebagai pedoman hidup bagi seluruh manusia agar memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan yang dicita-citakan dalam ajaran Islam adalah kebahagiaan dalam arti yang sesungguhnya, yang meliputi kebahagiaan individu maupun sosial, kebahagiaan keluarga ataupun bangsa, kebahagiaan jasmani maupun rohani, kebahagian dunia maupun akhirat. Singkatnya, kebahagiaan dalam arti yang seluas-luasnya.

Oleh karena itu, ajaran Islam adalah ajaran yang komprehensif yang meliputi segala aspek kehidupan manusia. Islam mengandung ajaran tentang ibadah kepada Tuhan, kesejahteraan sosial dan ekonomi, kesenian, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan. Islam mengajarkan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang diperlukan untuk mencapai kehidupan manusia yang bermartabat dan berkemajuan. Sejalan dengan itu ajaran Islam menekankan pentingnya pembentukan generasi muslim, ummah muslimah, yang kuat dan mencerminkan nilai-nilai Islam dalam berbagai aspeknya.

Umat Islam disifati di dalam Al Qur'an dengan sebutan khairu ummah, umat yang sebaik-baiknya, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:

"Kamu sekalian adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia, yang menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar serta beriman kepada Allah" (QS Ali 'Imran : 110).

Bagian pertama dari ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa umat Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan dalam sejarah kehidupan manusia, sedangkan bagian kedua menjelaskan tentang sebab mengapa mereka disebut umat yang terbaik. Alasannya, karena mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah atau menjauhkan dirinya dari yang munkar.

Sejalan dengan ayat tersebut di atas, Allah SWT berfirman pula :

"Dan hendaknya kamu sekalian menjadi suatu umat yang mengajak kepada kebaikan dan menyuruh kepada yang ma’ruf. Mereka adalah orang-orang yang beruntung". (QS Ali 'Imran: 104).

Dalam ayat tersebut yang dimaksud al-khair ialah kebaikan yang diajarkan oleh agama, sedangkan yang dimaksud dengan al-ma’ruf ialah kebiasaan atau adat istiadat yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam. Sebaliknya, yang dimaksud dengan al-munkar ialah adat kebiasaan atau istiadat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Kebaikan yang dimaksud di dalam Al Qur'an ialah kebaikan yang didasari oleh iman kepada Allah dan melahirkan aktivitas ibadah dan akhlak. Lebih lanjut dijelaskan di dalam Al Qur'an bahwa ciri-ciri manusia yang memperoleh keberuntungan yaitu orang-orang yang memiliki tanda-tanda atau sifat-sifat sebagai berikut:

1. Mereka ialah orang yang beriman kepada Allah yang menciptakan, mengatur, dan menentukan terjadinya segala sesuatu. Iman ialah kepercayaan yang tertanam di dalam hati yang dibuktikan dengan kepatuhan dan penyerahan diri kepada Allah;
2. Mengerjakan shalat dengan khusyuk, yakni dengan tunduk, baik lahir maupun batin, dan mengagungkan nama Allah;
3. Meninggalkan sesuatu yang tidak berguna, baik perkataan maupun perbuatan. Tidak menyiakan waktunya untuk melakukan perbuatan yang tidak berguna;
4. Memberikan sebagian hartanya (menunaikan zakat) sebagai cermin kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama manusia;
5. Mengendalikan syahwatnya dari godaan melakukan perbuatan zina;
6. Memelihara amanat dan janjinya, baik kepada Tuhan ataupun sesama manusia; dan
7. Memelihara shalatnya, dalam arti melakukannya secara istiqamah pada waktu-waktu yang telah ditetapkan.

Sifat-sifat tersebut di atas adalah sifat-sifat yang membawa manusia kepada kehidupan yang mulia, baik yang bersifat pribadi maupun sosial.

Tujuh sifat tersebut di atas dijelaskan di dalam al-Qur’an sebagai berikut:

"Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu orang yang khusyuk di dalam salatnya; yang menjauhkan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak berguna; yang menunaikan zakat; dan yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka dan budak yang mereka miliki. Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang dibalik itu, mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Orang-orang yang memelihara beberapa amanat dan janji yang dipikulnya, serta orang-orang yang memelihara salatnya, mereka adalah orang-orang yang akan mewarisi, yakni mewarisi surga Firdaus, di mana mereka kekal di dalamnya (Surat al-Mu’minĂ»n : 1-11).

Di dalam ayat lain, umat Islam disebut sebagai ummatan wasathan, yaitu umat yang memiliki sifat-sifat yang moderat, sifat pertengahan, tidak ekstrim, dan sifat yang mencerminkan keseimbangan jasmani-rohani, lahir-batin, jiwa-raga, dunia-akhirat.

Ummatan wasathan adalah umat yang moderat, yang mencerminkan keseimbangan dan keserasian, dalam sifat dan perilakunya. Para hukama’ menjelaskan bahwa dalam diri manusia terdapat tiga daya yang masing-masing melahirkan sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat itu ada yang ekstrim dalam arti berlebihan atau ekstrim dalam arti menunjukkan kelemahan. Di antara kedua sifat ekstrim tersebut terdapat sifat yang moderat dan pada sifat yang moderat itulah terletak keutamaan sebagai akhlak yang baik. Ketiga daya yang terdapat dalam diri manusia antara lain:

1. Daya berfikir, yang melahirkan keutamaan dalam bentuk kebijaksanaan. Kebijaksanaan merupakan pertengahan antara dua sifat ekstrim, yaitu ekstrim dalam arti penggunaan akal secara berlebihan (sofistikasi) dan ekstrim dalam arti ketidakmampuan manusia dalam menggunakan akalnya (dungu);

2. Daya syahwat, yaitu keinginan kepada kelezatan jasmani yang melahirkan sifat keutamaan berupa kesanggupan manusia untuk mengendalikan dirinya. Pengendalian diri merupakan pertengahan antara dua sifat ekstrem, yaitu syahwat yang berlebihan (rakus) dan syahwat yang sangat lemah sehingga manusia bersikap pasif, dingin, dan tidak mempunyai keinginan terhadap segala sesuatu;

3. Daya emosi, yang melahirkan sifat keutamaan berupa keberanian untuk memperjuangkan kebenaran. Keberanian merupakan pertengahan antara dua sifat ekstrim yaitu emosi yang berlebihan dan tanpa perhitungan, serta tidak adanya emosi untuk memperjuangkan sesuatu.

Jadi, tiga daya itu melahirkan tiga sifat utama, yaitu kebijaksanaan, keberanian, dan pengendalian diri. Dalam pada itu, terdapat sifat utama yang merupakan perpaduan antara ketiganya yaitu 'keadilan'. Keadilan adalah sifat yang utama yang harus dimiliki oleh umat yang beriman, baik dalam kehidupan individu maupun sosial. Dalam Islam, keadilan sangat ditekankan. Karenanya, orang Islam adalah orang yang menerapkan keadilan dalam kehidupan dirinya maupun dalam bermasyarakat. Allah SWT berfiman:

"Dan demikianlah Kami telah menjadikan kamu sekalian ummatan wasathan (umat yang moderat, umat yang adil, umat pilihan), agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul (Muhammad) manjadi saksi atas perbuatan kamu” (QS AlBaqarah: 143).

Kebaikan dalam kehidupan sosial dimulai dari kebaikan dalam kehidupan individu. Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri" (QS Ar-Ra'd: 11).

Pembentukan generasi muslim yang kuat dimulai dari pembentukan pribadi yang kuat. Pribadi yang kuat membentuk keluarga yang tangguh. Keluarga yang tangguh membentuk generasi muslim yang tangguh dan mencerminkan nilai ajaran Islam dalam akhlaknya.

(Tausiyah ini adalah kerja sama detikcom dengan www.alifmagz.com)

( gst / vit )

Sabtu, 02 Juli 2011

Kurangi Stres Saat Mengasuh Anak

Kurangi Stres Saat Mengasuh Anak

Ilustrasi dok: Thinkstock

Menjadi orangtua terkadang membuat kita stres. Perilaku anak-anak yang sering di luar kendali membuat Anda merasa letih bahkan putus asa. Bagaimana mengatasinya?

Menjadi orangtua yang baik memang tidak mudah. Berikut ini beberapa saran dari Sheknows agar Anda bisa menjadi orangtua yang baik, namun terbebas dari stres. Ini dia:

1. Membangun sikap positif

Jangan terbiasa memberi label negatif pada anak. Misalnya menyebutnya “nakal”, “sulit diatur”, dan sebagainya. Lebih baik tanamkan padanya nilai-nilai positif. Misalnya bagaimana menjadi anak yang baik, cerdas dan penurut. Biarkan si kecil menanamkan nilai positif tersebut dalam dirinya.

Stiker atau poster-poster menarik yang berisi nasihat bijak juga bisa Anda letakkan di rumah, agar si kecil bisa belajar sendiri. Jadi Anda tak perlu mengulang-ulang hal yang sama setiap harinya.

2. Berhenti berdebat
Berdebat dengan anak terkadang membuat stres. Belum lagi emosi Anda yang naik semakin membuat si kecil tak bisa menerima segala ucapan Anda. Dalam keadaan seperti ini, tak ada gunanya meneruskan perdebatan. Lebih baik tarik nafas panjang dan berhenti berdebat. Katakan pada anak Anda, segala sesuatu tak akan bisa diselesaikan dengan emosi.

Beri waktu padanya untuk memikirkan tindakannya, dan beri waktu pada diri Anda untuk tenang. Setelah semuanya kembali terkendali, Anda dan si kecil bisa kembali membicarakan masalah yang belum selesai, dengan pikiran lebih terbuka.

3. Menjadi contoh
Tak ada gunanya Anda menanamkan segala hal positif pada anak jika Anda sendiri tak melakukannya. Jadilah teladan yang baik bagi anak. Metode ini sangat efektif untuk mendidik anak ketimbang metode yang lain. Tanpa berbicara banyak, si kecil dengan sendirinya akan mengikuti apa yang Anda contohkan.

4. Tukar pikiran dengan orangtua lain
Setiap anak pasti memiliki masalah unik yang berbeda satu sama lain. Namun bukan berarti metode mendidik orang lain tak bisa Anda terapkan pada si kecil. Tak ada salahnya sesekali bertukar pikiran dengan orangtua lain dalam hal mengasuh dan mendidik si kecil. Selain mendapat ilmu baru, Anda juga dapat melepaskan beban sejenak dan merasa tidak sendirian.

Selamat mencoba.

Ciri-ciri Pernikahan Sehat

Ciri-ciri Pernikahan Sehat

Ilustrasi dok: Thinkstock

Siapapun pasti ingin merasakan hubungan pernikahan yang mulus juga sehat. Namun cukup sehatkah pernikahan yang kini Anda jalani?

Tak jarang Anda membandingkan kondisi pernikahan dengan pasangan lain. Perasaan iri sering kali melanda saat melihat pasangan yang bahagia layaknya pasangan baru. Padahal mungkin saja pernikahan yang Anda jalankan justru merupakan pernikahan yang sehat.

Ketimbang sibuk membandingkan diri dengan pasangan lain, yuk kita lihat ciri pernikahan sehat seperti yang dikutip dari Suite101.

1. Fondasi hubungan yang kuat
Yang diperlukan dalam sebuah hubungan pernikahan tak hanya perasaan cinta yang kuat, namun juga fondasi pertemanan yang kokoh. Dalam sebuah pernikahan, pasangan adalah rekan hidup yang sejajar. Yang akan menemani di saat susah dan senang. Anda juga perlu mencintai pasangan layaknya seorang sahabat, yang bersedia mendukung seluruh mimpinya, membantunya bangkit saat terjatuh, dan berjuang menggapai tujuan bersama.

2. Komunikasi

Ciri pernikahan yang sehat adalah memiliki komunikasi yang lancar antara suami-istri. Dalam sebuah hubungan, seringkali kedua-belah pihak tidak sepaham, namun dengan komunikasi yang baik, jalan tengah bisa ditemukan.

3. Senyum dan tawa
Senyuman dan gelak tawa juga merupakan ciri pernikahan yang sehat. Jika suami-istri selalu bisa berbagi rasa bahagia mereka, dan tertawa bersama, maka hubungan mereka dipastikan kuat. Sebaliknya, jika kedua pihak tak lagi bisa berbagi kebahagiaan bahkan lelucon bersama, maka dapat dipastikan pernikahan mereka tengah mengalami masalah.

4. Cara mengatasi masalah
Cara pasangan mengatasi masalah juga memperlihatkan kekuatan hubungan mereka. Jika suami-istri menyelesaikan masalah dengan cara berkompromi, mencari jalan tengah demi kepentingan bersama tanpa menyepelekan kepentingan pasangannya, maka dapat dipastikan pernikahan mereka masih sehat. Sebaliknya, saat suami-istri hanya memikirkan ego masing-masing dan mulai memaksakan kehendaknya, maka hubungan pernikahan mereka berada dalam masalah.

5. Beraktivitas bersama
Suami-istri tak selalu memiliki hobi dan kegemaran yang sama. Namun jika keduanya bisa saling mengerti, bahkan bersedia terlibat dengan aktivitas pasangannya, maka pernikahan mereka dipastikan sehat. Selain itu beraktivitas bersama dengan pasangan juga dapat membuat kedekatan semakin bertambah.

Bagaimana dengan pernikahan Anda?


http://id.berita.yahoo.com/ciri-ciri-pernikahan-sehat.html