Phantosmia, Mencium Bau yang Tidak Pernah Ada
Nurul Ulfah - detikHealth
(Foto : Chikii)
Awalnya, wanita yang tidak mau disebutkan namanya itu sedang berdiri di dapur dan memandangi 2 jenis bunga di depan jendela, yaitu kalanchoe putih dan begonias merah. Ia mengaku sangat menyukai bunga tersebut, dan juga wanginya.
Namun anehnya, ketika ia beranjak dari dapur dan pergi ke lantai atas, wangi itu terus membuntutinya. Bahkan ketika keesokan harinya ia pergi ke kantor beberapa mil dari rumah, ia masih mencium wangi itu. Ia sangat kaget karena tidak ada bunga jenis itu yang ditempatkan di kantornya.
Ia pun mencoba menepis bau-bauan itu dengan menutup hidung, lebih sering menggosok gigi dan bersih-bersih. Tapi itu semua tidak berpengaruh. Bahkan suaminya sendiri pun aneh dengan perilakunya. Akhirnya ia pun mencoba menemui dokter.
Setelah menjelaskan apa yang terjadi dengannya, dokter pun mengatakan bahwa ia menderita Phantosmia. Berasal dari bahasa Yunani, 'phanto' yang artinya ilusi dan 'osme' yang artinya penciuman. Jadi jika digabungkan, Phantosmoia artinya penciuman ilusi. "Saya mencium sesuatu yang tidak ada," ujarnya seperti dikutip dari New York Times, Jumat (23/10/2009).
Tak percaya dengan penyakitnya, ia pun mencoba melakukan beberapa tes, diantaranya tes MRI di otaknya (mencari tahu ada tumor atau tidak), CT scan (mencari tahu ada infeksi), dan juga EEG untuk mengetahui adanya halusinasi pada kelenjar olfaktori. Hasilnya ternyata, tidak ada gejala apapun yang menyimpang pada tubuhya.
Setelah satu tahun lamanya, wangi bunga yang terus membuntutinya tiba-tiba menghilang. Tapi sebelum bisa bernafas lega, ia tiba-tiba dibuntuti bau lainnya, yaitu bau cabai terbakar. "Bau itu pertama kali tercium saat suami saya membakar cabai pada saat memasak," tuturnya.
Tujuh tahun kemudian, bau cabai itu baru hilang dari penciumannya. Dan seperti yang ia perkirakan, muncul bau lainnya yang membayanginya. Kali ini bau yang muncul adalah bau lavender. Bau lainnya pun datang berturut-turut setelah bau sebelumnya menghilang, diantaranya bau sabun. lilin, dan beberapa jenis makanan. Bau-bau itu selalu mengikutinya meskipun ia tidak menemukan benda-benda itu di sekelilingnya.
"Saya sudah coba menutupi hidung dengan lemon, pakai parfum dan lotion. Bahkan saya sudah coba pakai amonia, yang memang menutupi bau-bau itu sebentar. Tapi setelah itu saya langsung pusing-pusing dan pingsan karena tidak kuat dengan bau amonia itu," tuturnya.
"Terkadang saya bingung apakah bau-bauan itu berasal dari lingkungan luar atau dari dalam otak saya. Bau-bauan itu terus mengikuti saya seperti hantu," ujarnya.
Akhirnya setelah beberapa kali pergi ke dokter, ada satu dokter yang menjelaskan penyakitnya itu. Dokter tersebut adalah Dr. Donald Leopold, dari Department of Otolaryngology at the University of Nebraska Medical Center, Omaha. Ia sudah mempelajari segala jenis penyakit yang berhubungan dengan penciuman selama 30 tahun.
Leopold mengatakan bahwa pada penderita Phantosmia, bagian atas dari saluran penciuman dan otak sama-sama bekerja terlalu aktif. "Bagian itu yang memberi persepsi untuk suatu bau," ujarnya.
Seorang phantosmia akan mencium suatu bau dengan sangat berlebihan, dan terus menyimpan persepsi bau itu terus menerus dalam otaknya, meskipun sudah tidak ada lagi di sekelilingnya. "Kemungkinan juga terjadi karena saraf yang berfungsi menghilangkan bau-bauan dalam otaknya sudah tidak aktif," jelas Leopold.
Meskipun Leopold mengatakan ada terapi yang bisa dijalani, tapi itu hanya bersifat mengurangi dan tidak menjamin penyakit itu sembuh. "Setelah bertahun-tahun punya penyakit ini, saya mencoba santai saja ketika bau-bauan itu datang menghantui. Daripada menangis, saya lebih baik tertawa dengan pernyakit ini," imbuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar