Kamis, 28 Januari 2010

Saat Terkena Kanker Serviks

Senin, 25/01/2010 13:41 WIB

Saat Terkena Kanker Serviks

Vera Farah Bararah - detikHealth


img
Ny Hana Yuhana (dok: detikhealth)
Jakarta, Kanker serviks (leher rahim) seperti hantu yang menakutkan bagi perempuan. Gejala yang tidak kelihatan membuat perempuan terkadang abai dengan ancamannya. Bagaimana jika terkena kanker serviks?

Tidak pernah terbayangkan oleh Nyonya Hana di usianya yang mulai tua hampir 60 tahun dirinya divonis oleh dokter terkena kanker serviks stadium tiga. Selama ini Nyonya Hana mengaku tak pernah merasakan gejala apapun yang membuatnya curiga mengenai kanker serviks.

"Pada Februari 2003 setelah pulang dari sekolah, tiba-tiba saya mengalami pendarahan saat buang air kecil. Tapi saat itu saya hiraukan, karena saya pikir ini akibat faktor kecapekan saja," ujar Ibu Hana Yuhana (67 tahun) dalam wawancaradisela-sela acara Satu Tahun Peringatan PPKS-YKI, di gedung Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (25/1/2010).

Tak lama setelahnya, Nyonya Hana mengalami pendarahan kembali dengan jumlah darah yang lebih banyak dari sebelumnya. Karena khawatir, sang anak menyarankannya untuk berkonsultasi ke dokter. Setelah melakukan pemeriksaan secara mendetail selama hampir 1 bulan, dokter menyatakan bahwa dirinya menderita kanker serviks stadium 3B.

"Saat itu saya shock, sedih dan rasanya semua menjadi gelap. Tapi dukungan dari anak-anak saya sangat berarti dan membuat saya mau berjuang untuk sembuh," ujar ibu yang berprofesi sebagai guru TK ini.

Nyonya Hana menuturkan saat masih mendapatkan menstruasi dirnya tidak pernah mengalami nyeri yang mengganggu dan saat menopause sekitar usia 49 atau 50 tahun, dirinya juga tidak merasakan gejala apapun.

Untunglah dia tidak langsung terpuruk. Karena tahu kalau kankernya didiamkan akan membuat stadiumnya bertambah, Nyonya Hana pun tidak mau pasrah begitu saja. Dia berpacu dengan waktu mengikuti semua apa yang disarankan dokter.

Berhubung usianya saat itu hampir mencapai 60 tahun, dokter menyarankan agar melakukan pengobatan dengan mengombinasikan antara kemoterapi dan radiasi selama 4 bulan sebelum usianya mencapai 60 tahun. Karena dokter khawatir jika sudah mencapai usia 60 tahun, pengobatannya akan menjadi lebih sulit.

"Akhirnya saya menjalani kemoterapi setiap hari Senin dan radiasi pada hari Selasa hingga Minggu selama 4 bulan. Setelahnya saya menjalani pengobatan sinar dalam sebanyak 3 kali yang menurut saya itu adalah pengobatan terberat diantara yang lain. Dokter mengatakan bahwa saat ini kita berpacu dengan waktu," tambahnya.

Setelah menjalani pengobatan kemoterapi sebanyak 5 kali, radiasi sebanyak 30 kali dan sinar dalam (untuk membunuh akar dari sel-sel kanker) sebanyak 3 kali, maka dokter menyatakan tubuh ibu Hana sudah bersih dari sel-sel kanker serviks.

Tapi perjuangan Nyonya Hana belum berhenti, beliau tetap harus menjalani kontrol yang awalnya seminggu 2 kali lalu seminggu sekali hingga akhirnya hanya setahun sekali. Kini ibu Hana telah menjadi survivor (orang yang pernah terkena kanker tapi sudah berhasil sembuh) kanker serviks.

Nyonya Hana memberikan tips kepada perempuan yang terlanjur divonis kanker serviks. Dia mengingatkan agar sebelum bertambah buruk, sebaiknya melakukan deteksi dini atau melakukan vaksinasi. Jika pun terlanjur terkena kanker serviks jangan patah semangat berobat.

Sementara Poppy Diah Retno Wulan, anggota PPKS (Perempuan Peduli Kanker Serviks) mengatakan kunci agar tidak tertular virus penyebab kanker serviks adalah setia pada pasangan, melakukan pola hidup sehat serta jangan pernah takut untuk melakukan pap smear. Karena semakin dini suatu penyakit diketahui, maka peluang untuk sembuhnya juga semakin besar.

(ver/ir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar