KOMPAS.com - Apakah menurut Anda orang yang bekerja tak secepat Anda adalah orang yang tak cerdas? Atau Anda mengira orang yang bekerja terlalu cepat adalah seorang maniak?
Di dunia bisnis, di samping ada standar ganda yang digunakan untuk melihat etos kerja yang lain, juga ada isu gender yang dikaitkan dengan performa kerja seseorang. Meski sudah banyak kenyataan membuktikan, wanita mampu bekerja layaknya pria, tetapi masih saja ada pandangan bahwa wanita punya banyak keterbatasan serius dalam dunia bisnis. Akibatnya, wanita dinilai kurang becus menjadi seorang pemimpin. Penilaian ini masih kerap terdengar di banyak ruang konferensi hingga kini.
Atasan wanita yang lebih asertif dan berorientasi pada tujuan seperti kebanyakan pebisnis, akan dianggap kejam dan kasar oleh banyak bawahannya. Bila atasan wanita banyak dipengaruhi emosi dan tak agresif –sebagaimana distereotipkan pada banyak atasan pria- maka ia akan kalah dalam dunia bisnis.
Namun, waktu kini telah berubah. Generasi muda masa kini dibesarkan pula dalam keluarga yang kedua orangtuanya bekerja. Atasan wanita kini bukanlah hal yang baru dalam hal ini. Mereka memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan atasan pria. Apa perbedaan mendasar itu?
Kreativitas
Penelitian telah membuktikan, wanita lebih komunikatif di dalam tim daripada pria. Ini merupakan sisi baik yang dimiliki pemimpin wanita. Wanita sangat unggul dalam hal kreativitas. Sebagai pekerja, ia akan unggul dalam bidang yang menghargai kreativitas seperti bidang komunikasi, seni, maupun menjadi penulis. Sedangkan pria lebih unggul dalam bidang eksakta seperti bidang akunting.
Bila Anda menginginkan atasan dengan kreativitas yang tinggi, pilihan atasan wanita memang sangat tepat. Selain itu, atasan wanita juga sangat memerhatikan hubungan antarpersonal, ramah, dan terbuka untuk sebuah gagasan.
Sangat baik atau buruk
Kepemimpinan wanita memang sangat menarik untuk diamati. Dalam sebuah kasus, ia bisa menjadi gambaran pemimpin yang sangat baik, tapi juga bisa menjadi amat sangat buruk. Pemimpin wanita bisa menjadi sangat totaliter bak Stalin dari Rusia. Ia bisa memiliki kecenderungan untuk menebar sejumlah kecurigaan yang membuat suasana tak nyaman di lingkungan kerja. Wanita dianggap sering membungkam pemikiran anak buahnya hingga membuat mereka dilanda ketakutan setiap saat berada di bawah tekanannya. Sikap ini seolah memupuk budaya bergosip, main tusuk dari belakang, hingga aksi saling mengadu.
Namun, di sisi lain atasan wanita juga bisa jadi sangat baik, penyayang, tenggang rasa, ramah, sensitif, dan bisa menjadi pendengar yang baik. Kebanyakan atasan wanita menunjukkan sikap amat peduli kepada bawahannya, dan ini tergambar dari seluruh sikap yang ditunjukkannya sehari-hari.
Selain itu, atasan wanita juga sangat tegas dan memegang teguh visi yang sudah ditetapkannya terhadap organisasi atau perusahaan. Ia sangat memegang prinsip dan memiliki integritas tinggi.
Tak ada yang lebih baik atau lebih buruk
Sebagaimana atasan pria, atasan wanita juga ada yang baik, buruk, bahkan amat sangat buruk. Banyak jenis gaya kepemimpinan yang dimiliki atasan wanita. Ketika pegawai memiliki pendirian definitif tentang apakah atasan pria atau wanita yang paling baik atau buruk, sebenarnya mereka sedang terlalu berasumsi.
Kendati demikian, tak ada pemimpin yang benar-benar buruk. Semua itu kembali kepada kebutuhan organisasi dan lingkungan kerja.
(Laili Damayanti/NOVA)
http://perempuan.kompas.com/read/xml/2009/08/26/1318401/bedanya.perilaku.atasan.pria.dan.wanita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar