Kematian penyanyi dan artis Amerika Whitney Houston memicu diskusi tentang penyalahgunaan obat resep dokter.
Penyebab pasti kematian Whitney Houston belum diketahui, tetapi pihak berwenang menemukan sejumlah kecil obat-obat resep di kamar hotelnya, dan sejumlah orang melihat ia minum champagnebeberapa hari sebelum kematiannya.  Beberapa jenis obat memperlambat kerja sistem syaraf pusat. Alkohol melakukan hal yang sama. Kombinasi obat-obatan dan alkohol bisa mematikan.
Jennifer Brand, pakar farmakologi di Rumah Sakit Medstar Washington, mengatakan, “Hal yang makin banyak kita saksikan, terutama dalam berita-berita, adalah kombinasi obat penghilang rasa sakit, seperti oxycontin, percoset, vicodin, dan obat-obatan anti-kecemasan (stress).”
Jutaan warga Amerika minum obat anti-depressan, obat tidur, dan penghilang rasa sakit. Label pada botol obat-obatan tersebut dapat memberi rasa aman palsu. Anak muda yang bernama “Greg” ini menggunakan obat-obat resep milik orang tuanya.
Ia mengatakan, “Saya dapat membenarkan penggunaan obat-obatan ini karena dokter meresepkannya.  Ini bukan seperti membeli obat-obatan di jalan.”
Beberapa tahun lalu para dokter di Pusat Penanganan dan Pemberantasan Penyakit mencatat tren kematian akibat penggunaan resep obat-obatan. Tahun 2008 mereka menerbitkan hasil penelitian yang memastikan pengamatan tersebut.  Dr. Aron Hall, salah seorang peneliti, mengatakan,“Kami mendapati bahwa mayoritas orang yang meninggal karena overdosis tidak memiliki resep obat-obatan yang dapat membunuh mereka.”
Tetapi, pasien-pasien juga bisa mendapatkan obat-obatan resep mereka sendiri, obat-obat yang bisa dibeli bebas, dan obat-obatan seperti jamu.
Brand mengatakan lagi, “Setiap obat yang kita minum meningkatkan risiko terjadinya bahaya.”
Jika pasien punya lebih dari satu dokter dan menggunakan lebih dari satu apotek, risikonya adalah tidak satu dokter atau ahli kesehatan pun yang memiliki daftar lengkap obat-obatan yang diminumnya. Juga, sulit mengetahui bagaimana reaksi seseorang terhadap jenis obat saja.
“Reaksi setiap pasien terhadap obat berbeda-beda. Sebagian orang sangat sensitif, sebagian lainnya minum begitu banyak obat tetapi tidak menunjukkan dampak apapun. Ironisnya tidak ada cara untuk benar-benar memastikan risiko itu,” papar Brand.
Jennifer Brand menyarankan agar hanya pergi ke satu dokter, dan jika perlu menemui dokter spesialis. Pastikan kedua dokter itu tahu obat-obatan apa saja yang diminum. Ia juga menyarankan agar hanya menggunakan satu apotek saja, dan jika ingin pergi ke apotek lain, tanyakan kepada apoteker apakah aman untuk minum obat-obatan itu bersama obat-obatan resep yang sudah dimiliki.